Kamis, 09 Februari 2012

BHAKTI ALAM



Bhakti alam merupakan suatu bentuk kegiatan yang ditawarkan bagi wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara untuk lebih mengenal dan hidup di desa. Kelestarian alam yang indah, kebudayaan yang masih dijaga maupun kehidupan masyarakat yang masih alami merupakan suatu yang ditawarkan. Dengan kegiatan ini diharapkan para wisatawan dapat memperoleh manfaat setelah kembali ke daerah asal.

Inilah program yang tersedia di Desa Dayurejo, Dusun Talunongko, yaitu :
1.       Berladang
Kegiatan ini meliputi kegiatan sehari-hari warga Dusun Talunongko. Diharapkan tamu yang tinggal mengenal jenis-jenis tanaman dengan cara bercocok tanam dan merawat tanaman organik. Selain itu tamu juga bisa mengambil hasil bumi dari ladang dan mengolahnya lebih lanjut menjadi makanan yang siap dimakan.
2.       Beternak
Kegiatan ini biasa dilakukan pada pagi hari oleh warga Dusun Talunongko. Diharapkan tamu dapat bersama-sama dengan warga yang ditinggali mencari rumput untuk diberikan kepada hewan-hewan ternak yang dimiliki oleh warga yang ditinggal, agar tamu dapat mengerti cara beternak sehingga dapat mengelola ternak itu sendiri.
Kesenian yang disajikan untuk tamu dan orang luar untuk dinikmati :
1.       Bantengan
Bantengan adalah kesenian adat daerah Dusun Talunongko yang biasa dilakukan oleh warga untuk memperingati pernikahan maupun khitanan. Kesenian ini juga biasa dilakukan di Dusun Talunongko setiap tahun untuk sebagai syukuran atas mengalirnya air di Dusun Talunongko, upacara syukuran ini biasa dilakukan di depan pohon Bulurancang yang diyakini warga sini sebagia sumber air.
2.       Sedekah BumI
Sedekah Bumi merupakan ritual sebuah wujud syukur atas semua hasil bumi dan keselamatan yang di dapat warga Dusun Talunongko. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan di bulan Suro.
3.       Ancakan
Sebuah kegiatan warga dusun Talunongko yang diadakan tiap 2 (dua) tahun sekali sebagai wujud syukur warga. Kegiatan ini dilakukan atau ditujukan untuk warga yang ada di luar dusun talunongko. Ancakan merupakan sebuah kegiatan bagi-bagi makanan (kue dan lauk) yang dihias dan diperebutkan bagi pengunjung dusun talunongko.

Diadakan setiap hari jum’at legi bulan suro saat selamatan ini diadakan seluruh penduduk tua muda, pria wanita, anak-anak remaja dan dewasa pasti terlibat di dalamnya. Selamatan tersebut akhirnya lebih populer dengan sebutan ANCAKAN. Perwujudan ancakan itu sendiri berupa UBO RAMPEN yakni sejumlah perlengkapan upacara yang terdiri dari ancak lanang dan ancak wedok.

Ancak lanang berupa berbagai makanan yang terdiri dari berbagai jajanan / kue, yang di hias sedemikian rupa. Biasanya hiasan masing-masing dukuh berbeda, sesuai dengan kreativitas dan ke-khasan dukuh masing.

Ancak wedok berupa segala macam lauk pauk (ikan, telor, daging dan sebagainya) dan nasi / jenis makanan pokok. Inipun juga dihias seperti halnya ancak lanang.

Pasangan ancak lanang dan ancak wedok ini berangkat dari tiap dukuh dan diarak beramai-ramai oleh penduduk seluruh dukuh yang dipimpin kasun masing-masing menuju pendopo balai desa. Dalam arak-arakan ini biasanya juga diiringi dengan kesenian masing-masing, seperti gamelan, bantengan, cecaplok, macan-macanan, bedes-bedesan ataupun yang lainnya. Sesampainya di pendopo desa dimana para tokoh masyarakat juga berkumpul disana, diadakan do’a bersama, sebelum ancak-ancak tersebut dibagikan / diperebutkan oleh warga.

“ Khusus iring-iringan yang berupa bantengan, cecaplok dsb menggambarkan bahwa saat itu yang mengalami kebahagiaan bukan saja umat manusia, melainkan makhluk-makhluk lainpun juga ikut bersukaria, sehingga merekapun ikut dalam arak-arakan tersebut “
Sebagai nilai tambah dari program Bhakti Alam, Wisatawan dapat memilih di luar paket yang diberikan berupa tawaran lewat warga dusun talunongko berupa situs-situs sejarah.
Talunongko adalah satu-satunya dusun di wilayah Dayurejo yang memiliki situs-situs bersejarah dimana situs-situs tersebut dipercaya oleh warga sebagai pelindung dusun. Situs-situs ini telah ada sejak jaman Belanda dan dipercaya warga dusun setempat maupun warga lain sebagai tempat untuk ziarah. Situs-situs yang dimaksud adalah :
1.       Mbah Demang
2.       Mbah Dipo
3.       Batu Kursi

4.       Batu Dempok

5.       Bulurancang

Situs-situs tersebut merupakan petilasan leluhur dalam upaya pencarian mata air yang dimanfaatkan oleh warga Talunongko. 

PERTAPAAN INDROKILO

Lokasinya berada di desa Dayurejo Kecamatan Prigen atau 50 km dari kabupaten Pasuruan. Tempatnya memang agak lumayan jauh untuk dijangkau para pengunjung, bayangkan saja dengan berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam, dengan kondisi jalan licin bila hujan datang. Namun ternyata masih banyak juga pengunjung yang datang. Suasana Kabut pegunungan dan udara yang sangat dingin semakin menambah kesan angker daerah ini. Di sana pengunjung dapat menikmati suasana hening. Pertapaan Indrokilo banyak dipenuhi dengan patung patung dan arca arca peninggalan jaman Belanda.Meskipun banyak archa dan patung yang rusak namun tempat ini juga masih terawat. Disana juga disediakan penginapan, biaya sewa tidak ditentukan, tergantung keikhlasan yang memberi. Selain lokasi pertapaan di sana juga sangat baik untuk lokasi camping sambil menikmati pemandangan alam dan sejuknya udara pengunungan ringgitkasinya berada di desa Dayurejo Kecamatan Prigen atau 50 km dari kabupaten Pasuruan. Tempatnya memang agak lumayan jauh untuk dijangkau para pengunjung, bayangkan saja dengan berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam, dengan kondisi jalan licin bila hujan datang. Namun ternyata masih banyak juga pengunjung yang datang. Suasana Kabut pegunungan dan udara yang sangat dingin semakin menambah kesan angker daerah ini. Di sana pengunjung dapat menikmati suasana hening. Pertapaan Indrokilo banyak dipenuhi dengan patung patung dan arca arca peninggalan jaman Belanda.Meskipun banyak archa dan patung yang rusak namun tempat ini juga masih terawat. Disana juga disediakan penginapan, biaya sewa tidak ditentukan, tergantung keikhlasan yang memberi. Selain lokasi pertapaan di sana juga sangat baik untuk lokasi camping sambil menikmati pemandangan alam dan sejuknya udara pengunungan ringgit.







Mbah panji (Raden Selo Panji)


Patung selopanji semula berada di dusun dayu, tapi entah karena apa, dan tidak jelas baik yang memindah serta proses kepindahannya, tapi kenyataanya patung selo panji berpindah tempat ke komplek pertapaan indrokilo. Sedang alas dari patung itu sendiri sampai sekarang masih menetap didusun dayu.




Satriyo manggung


Tempat ini terletak dipertengahan. Konon ceritanya tempat ini adalah untuk menyambut tamu dari bawah yang ingin ke indrokilo. Bila tamu tersebut direstui maka akan dijemput di tempat ini dengan tanda-tanda ada satrio yang manggung (bernyanyi seperti burung perkutut gung)







Indrokilo


Terletak di gunung ringgit. Di komplek ini terdapat beberapa petilasan tersebut adalah tempat bertapanya Begawan Mintorogo atau Begawan Ciptaning / Ciptahening, yang tak lain kalau dicerita pewayangan adalah Raden Arjuna panengah pandawa.










Candi laras


Berupa pecandian yang terletak diatas candi indrokilo


Goa Gambir


Sebuah tempat yang menyerupai ceruk, di tebingnya selalu meneteskan air sepanjang musim. Tempat ini juga diyakinkan sebagai tempat sakral.


























KARANG TARUNA “CAKRA BIRU”


Karang Taruna “Cakra Biru” lahir sebagai respon trehadap perkembangan dan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan dan perubajan yang dimaksud ialah mulai berlakunya perundang-undangan yang baru tentang otonomi daerah. Hal ini membawa inspirasi terhadap generasi muda dusun Talunongko untuk turut serta membangun masyarakat terutama di bidang budaya, kesejahteraan social, dan pengembangan SDM.
Karang Taruna “Cakra Biru” dibrntuk pada tanggal 24 Juli 2010 dan disahkan pada tanggal 08 agustus 2010 di dusun Talunongko.
TUGAS POKOK KARANG TARUNA “CAKRA BIRU” adalah sebagai berikut:
1.       Melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan;
2.       Menyelenggarakan usaha-usaha yang mendukung uapay peningkatan taraf kesejahteraan social masyarakat
3.       Menyelenggaarakan dan menumbuhkankembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat local untuk mendukung implementasi kebijakan daerah yang lebih terarah, terpadu, dan berkesinambungan;
4.       Membangun system jaringan komunikasi, informasi, dan kemitraan strategis, yang mendukung pelaksanaan aktivitas-aktivitas utama dengan berbagai sector dan komponen masyarakat.
LAMBANG KARANG TARUNA
1.       Intisari merah dan putih melambangkan unsure ormas, yang intinya dipelapori oleh generasi muda yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial)
2.       Cakra biru yang terdiri dari dua kata;
a.       Cakra : cipta dan kreatif
b.      Biru   : bimbingan rukun
Sehingga mengartikan menciptakan kreativitas dan bimbingan rukun.
3.       Delapan sudut bintang :
Melambangkan delapan unsure kepribadian yang harus dimiliki dan dijalankan oleh anggota, unsure tersebut dinamakan HASTATILAbyang dibagi jadi dua bagian :
a.       TRISILA : yaitu ibadah hati dan cipta tiga perkara kepada Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan Kewajiban Besar yang sangat perlu ditunaikan setiap saat, yaitu :
1.       Sadar : Sadar dalam pengertian selalu ingat, yang berarti berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.       Percaya (Iman) : Percaya dan beriman merupakan ikatan batin yang kuat yang menggandengkan yang percaya dengan yang dipercayai, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
3.       Taat kepada Tuhan Yang Maha Esa : Yang dimaksud taat adalah mematuhi seluruh perintah serta tidak melanggar larangan Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana telah disampaikan oleh Utusan Tuhan Yang Sejati kepada seluruh umat manusia.
b.      PANCA WATAK UTAMA (PANCA SILA) : Watak Utama lima perkara. Agar supaya tentram dalam bermasyarakat. Lima perkara yaitu :
1.       Rela : Sesungguhnya yang disebut rela itu hati yang lapang untuk menyerahkan seluruh milik, hak, dan hasil karyanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tulus ikhlas.
2.       Narima (Tawakal) : Narima itu cenderung kepada ketentraman jiwa, jadi bukan orang yang malas dan enggan bekerja, akan tetapi yang bisa menerima apa yang menjadi haknya.
3.       Jujur : Jujur artinya menepati janji atau menepati kesanggupannya, baik yang telah diucapakan atau pun masih dalam bentuk niat.
4.       Sabar : Budi pekerti yang terbaik yang harus dimiliki oleh setiap orang. Sabar itu artinya mampu menampung segala perkara, kuat menghadapi segala peecobaan, tidak berputus asa, serta sentosa jiwanya, luas wawasannya, tidak picik, pantas jika dikatakan sebagai lautan pengetahuan.
5.       Budiluhur : Yang dimaaksud budi luhur adalah sikap manusia yang mirip dengan watak dan sifat Tuhan Yang Maha Luhur, yaitu berbelas kasih kepada sesame umat, suci, adil, tidak membeda-bedakan tinggi dan rendahnya derajad seseorang, kaya atau miskin, diperlakukan seperti saudara sendiri tanpa mengabaikan etika dan kesusilaan. Uraian tentang budiluhur baru dapat dipahami, setelah memahami uraian tentang : rela, narima, jujur dan sabar.
4.       Empat titik warna
a.       Putih : Kesucian, tidak bercela, tidak bernoda
b.      Merah : keberanian, sabar, tenang, dan dapat mengendalikan diri, tekad pantang mundur.
c.       Kuning : Keluhuran budi pekerti kepada sesame.
d.      Hitam : Berbesar Jiwa

MBAH DEMANG


Mbah Demang merupakan sebuah arca yang dipercaya oleh warga dusun Talunongko sebagai penjaga pohon beringin yang ada di dusun ini. Menurut cerita yang diperoleh, pada jaman penjajahan Belanda, ada seorang Lurah yang ditugaskan untuk menanam pohon beringin disetiap perempatan jalan di wilayah Dayurejo. Setelah ada pergantian kekuasaan maka pohon-pohon tersebut ditebang semua dan hanya tersisa satu pohon saja. Dan ketika pohon yang terakhir akan ditebang, orang yang menebang itu kesurupan dan memperingatkan agar tidak ditebang. Roh yang menjaga pohon tersebut bernama Mbah Demang. Pohon tersebut tumbang karena terlalu tua. Dan yang ada sekarang hanya tanda berupa Arca dan sebuah pohon beringin baru yang ditanam masyarakat desa, yang mana hingga kini dipakai peziarah ke Pertapaan Indrokilo sebagai gerbang awal.

MBAH DIPO


Pada jaman Belanda, salah satu pesawat Belanda memantau wilayah Dayurejo dengan menggunakan sebuah alat (teropong bumi) dan menemukan sebuah makam di hutan. Beberapa tahun kemudian masyarakat Talunongko ingin tahu. Dengan perantaraan salah satu warga ingin membuktikan asal-muasal makam, bagaimana dan siapa orang tersebut dengan acara ritual adat Jawa. Tidak lama setelah itu mendapat firasat (petunjuk) bahwa dia bernama Mbah Dipo dengan wujudnya orang tua membawa tongkat dan berbusana Jawa berupa “Sewek Liris” kain bernilai sejarah tinggi yang digunakan orang meninggal pada jaman dahulu. Hingga saat ini terkenal mistis. 

BATU KURSI


Batu kursi merupakan salah satu situs yang ada di dusun Talunongko. Oleh warga dinamai batu kursi karna betuk dari batu itu sendiri mirip dengan kursi. Menurut informasi yang diperoleh, bahwa batu kursi ini merupakan tempat salah satu orang pencari mata air untuk beristirahat diatas batu tersebut.



BATU DEMPOK


Selain batu kursi, dalam perjalanan menuju Indrakila juga akan ditemui sebuah batu besar yang oleh warga setempat dinamakan batu dempok. Dempok menurut bahasa jawa adalah duduk berselonjor. Hal ini karena pada masa desa Talunongko belum ada sumber mata air, ada seseorang yang diberi tugas untuk mencari sumber mata air, karena kelelahan ia duduk berselonjor diatas batuu besar, setelah lama beristirahat ia mendapat petunjuk atas letak sumber mata air. Oleh karena itu, oleh warga Talunongko batu dempok dijadikan tempat yang sangat dihormati. Karena berkat batu tersebut warga dusun Talunongko sampai saat ini tidak kekurangan air.

BULURANCANG


Menurut kosakata, bulurancang terdiri atas 2 (dua) kata yaitu, Bulu (pohon bulu) dan Rancang (Ide). Bulurancang merupakan sumber mata air satu-satunya di dusun Talunongko. Disebut bulurancang karena sumber mata air tersebut berada di dekat pohon bulu dan para leluhur yang diberi tugas untuk mencari sumber mata air tersebut berupaya keras bagaimana cara agar air yang ada disana dapat mengalir ke dusun. Oleh karenanya disebut dengan Bulurancang.


Pengikut